Ketika Parvaty menghadapi ancaman kehilangan tempat tinggal, kedua sahabatnya menemani kembali ke kampung halamannya di pesisir Konkan. Di sanalah, suasana kota yang padat memberi ruang untuk refleksi, dan Prabha mengalami momen spiritual yang hampir mistis—sebuah penutup yang membuat narasi berkembang dari realisme urban menuju kesadaran batin yang tenang serta terang