Di pusat cerita berdiri He Fuyi, satu-satunya penyintas dari pembantaian keluarganya yang dulu sangat menguasai sebuah agensi pendamping. Trauma masa lalu dan gelapnya kenangan membawanya ke jurang — sebuah jurang literal dan metaforis — hingga ia melompat dari tebing bersama artefak kuno misterius: Lampu Tujuh Bintang. Saat darahnya menyentuh lampu itu, ia membangkitkan roh kuno bernama A Qi, dan dengan itu, nasib mereka terjalin dalam ikatan yang tak terpisahkan. Ikatan antara Fuyi dan A Qi bukan hanya soal mistik, melainkan juga soal perjuangan. Untuk membalas kehancuran keluarganya dan mempertahankan nyawanya, ia bersama roh lampu itu menyusuri masa akhir Dinasti Qing yang penuh gejolak. Dalam perjalanan, mereka dibantu oleh sosok bangsawan muda yang misterius, “Little Fifth Master”, yang menyimpan rahasia dan ambisi sendiri. Yang membuat The Dreamwalker begitu menarik adalah cara serial ini meramu dunia mimpi dan kenyataan. Setiap mimpi yang “dilarutkan” oleh Fuyi dan A Qi memegang makna lebih dalam daripada sekadar halusinasi — ia membuka tabir obsesi, trauma, dan ikatan tak kasat mata antar manusia dan roh. Konflik batin yang muncul dari simbiosis hidup-mati ini menjadi inti dramatis yang kuat